Pondok Ilmu Nusantara

Sunday 4 December 2016

Liang Rindu

Antara Kematian
Dan keinginan untuk
hidup abadi
Terpejam ku
memulai
meninggalkan
kehidupan
Damai
Dan Mencari
Keabadian
Menuju Reinkarnasi

Kehidupan ini
Indah
Lebih Indah
Mati dengan
Mata terpejam
Diantara bunga
Kuning hijau dan
ungu

Manusia
dan manusia
Binatang tetap
binatang
Dimana rasa jiwa
karsa yang di tanam
Bila Liang rindu
hanyalah sama

Antara kematian
Dan keinginan
Untuk hidup abadi
Terpejam ku
Mati
Dalam liang rindu
Yang damai
Dan memulai
Menuju reinkarnasi

By: Cucukelong

Friday 4 November 2016

Salah Fokus: Part 1




Dalam rangka unjuk rasa pada  tanggal 4 November 2016. Gegap gempita Ibu Kota seketika bergejolak sejenak dalam rangka memprotes penistaan agama oleh seorang Gubernur DKI Jakarta. Masyarakat Islam berkumpul, dengan berbeda beda bendera yang dibawanya. Sekelumit cerita dan pengalaman tertuah dalam pena dan kabar tersebar dalam berita. Aksi damai berubah menjadi kerusuhan di ujung perjalanannya setelah matahari meredupkan matanya, tanpa diketahui dalang dibalik kerusuhan ini dan siapa yang sesungguhnya yang benar. Dampaknya membawa keuntungan bagi yang memiliki kekuasaan dan kepentingan, dan imbasnya adalah Islam.

Tadinya saya mau berangkat ke lokasi demo. Datanglah kabar bahwa di lokasi situasi sudah mulai kurang kondusif. akhirnya saya memutuskan pergi meenjauh dari keramaian. bahkan terlalu jauh sampai bertemu dengan alam yang sepi. alam seolah bertanya: "ada apa dibawah sana"?

Lalu saya jawab: "Gak tau saya juga bingung. Ada yang pada timpuk-timpukan botol, batu sama sampah-sampah kecil".

Alam Semesta: "Wah sampah-sampah kecil ko di lemparin buat nimpuk. Mending di lemparin ke tempat sampah. Biar bersih kayak disini. Biar kecil tetep saja itu sampah!"

Berunjuk rasalah dengan akal dan pikiran sehat anda, tetaplah berunjuk rasa yang damai untuk kebaikan semua, jangan mudah terprovokasi karena ketidaktahuan, bila ada berita perisksalah dengan teliti kebenarannya dahulu, jangan sampai beritu itu malah menimpakan musibah terhadap seseorang atau sekelompok tanpa mengetahui keadaan sebenarnya dan membuatmu menyesal akhirnya.

kalau unjuk rasa berujung jadi unjuk kekuatan fisik, lebih baik menjauh dari keramaian dan berenang di sungai seperti saya (lebih sehat man)  :)

Friday 30 September 2016

Orang Gila Senyum-Senyum



 Aku lihat orang gila di pinggir jalan. Dia tersenyum kepada semua orang. Ada yang jijik, Ada yang melucui, Ada yang iba, Ada pula yang memaki. Namun tak juga sirna senyum itu. Aku iri kepadanya yang dapat senyum dalam segala keadaan. Dengan pakaian yang tidak layak, atap beton jembatan, dan makanan sisaan tetap dia tersenyum dengan level keikhlasan yang sama. Akhirnya, ku hampiri orang gila yang sudah beumur itu dan memberikannya uang 500ribu rupiah, iapun menerima uang itu bersamaan dengan melebar senyumnya.


Ke esokan harinya aku pulang sengaja lewat jalan yang sama, untuk menemui orang gila idolaku itu. Ketika aku sampai pada tempatnya, di jalan itu berdiri belasan orang gila yang senyum-senyum sendiri seperti orang gila idolaku. Aku jadi heran, aku pun hanya berjalan saja melewati mereka semua sampai satu orang memanggil “WOI ! mane 500ribu !”. Senyum mereka hilang. Ini menyadar kan aku, bahwa senyum harus jujur dan ikhlas. Kalau tidak ikhlas nanti jadi gila. 

“Awas, senyum palsu dapat menyebabkan kegilaan, setelah gila baru senyumnya jadi ikhlas”


Oleh : Farie Judhistira Purwaganda

Cukup Sudah Mutilasi Harimau Sumatra


Hewan-hewan hilang rumahnya, diracun para penguasa. tak terkecuali kondisi harimau Sumatra yang sudah semakin memprihatinkan. Dalam 25 tahun terakhir saja raja hutan Sumatra ini populasinya hilang 70 persen. Rumah mereka dijadikan lahan dan ranjang-ranjang industri atas dasar keserakahan dan kepentingan. 
mereka lupa bahwa tanah yang kita injak ini bukan hanya milik manusia, tapi juga seluruh makhluk yang hidup di dalamnya. Jadi siapa sebenarnya yang Hewan? Siapa yang bertindak hanya mengikuti nafsunya. Bukan hanya rumah mereka saja yang di curi, bahkan kulit mereka di ambil paksa secara brutal. Dijadikanlah kulit dan tulang belulang Harimau itu sebagai barang yang di perjual belikan.
"Harimau memang hewan buas, tetapi manusia jauh lebih buas"


Oleh : Farie Judhistira Purwaganda