Pondok Ilmu Nusantara

Friday 23 September 2016

Kisah-kisah dibalik sebuah salam

Salam adalah sebuah tindakan untuk memberikan rasa damai atau menyatakan hormat dan juga doa kepada orang lain. Salam juga merupakan ekspresi budaya sekaligus identitas penggunanya, Salam tak dapat dilepaskan pula dari khalayak yang disasarkan, sebagai bentuk bahasa lisan dan tulisan, salam merupakan bentuk interaksi komunikasi antara penyampai dan penerima pesan. ucapan salam selalu memiliki latar belakang budaya, termasuk etnik, agama maupun kelompok. Dari sebuah ucapan salam tentu berbagai kisah tercipta, berikut adalah kisah-kisah yang berkesan tentang sebuah salam. 




Salam tuk Seorang Bung
By Julyandi

“Saya telah gagal menjadi guru” ujarnya dengan muka masam
“Kenapa gitu, bang? Tanyaku heran
“ya saya males sih jadi ya gak maju-maju” jawabnya sambil tertawa sedikit

Keheninganpun menyengat di dalam ruangan yang penuh kepul asap rokok dan abu yang berserakan di atas meja.

Namanya pun mungkin kau tak akan pernah tahu, panggil saja ia Bung, sebuah nama penghormatan bagi pahlawan tanpa tanda jasa itu.

Keluh kesah di gerahnya kehidupan kota Jakarta membuatnya mencari-cari arah dan tujuan. Tertitip anak-anak dan istri jauh di kota sebelah, sudah kewajiban untuk menafkahkan mereka, walau gajinya pun menjadi guru seperti di kebiri. Bertahun-tahun berkelana dan berpengalaman mengajar, ternyata belum seperti apa yang ia harapkan.

“Guru harusnya mendidik, bukan hanya sekedar mengajar” ujarnya
“Saya telah gagal mendidik rasanya. Sulitnya mendidik anak-anak sekarang, mereka tidak lagi 
ormat kepada gurunya, bahkan ke orang tuanya sendiri” lanjutnya, sambilku mendengarkan celotehannya dan menghabisi isapan terakhir rokokku.

Di ujung habisnya masa kontrak kerjanya, belum ada tanda-tanda wacana untuk pembaharuan kontrak kerjanya, “mungkin saya gak di perpanjajng” ujarnya saatku tanya keadaan tentang kontrak itu.

Himpitan perekonomian kian membumbung tinggi, kebutuhan meningkat sementara pendapatan pun tak pasti. Pasti timbul pertanyaan dalam dirinya, bagaimana untuk menafkahkah anak-anak dan istri? Bagaimana untuk bayar kontrakan dll? Bagaimana dan bagaimana yang lainnya terus terpikir seperti asap-asap yang mengepul di atas kepalanya.

Perkotaan kian terasa tak ramah, tiada lagi rasa aman dan nyaman. Uang seakan jembatan penyambung hidup yang tak ada habisnya untuk dicari dan dibahas, hidup tak lagi menghidupi, namun menjadi berjuang untuk hidup.

Suatu ketika, aku melihat sekelompok anak-anak muridnya menghampiri dan menyalaminya seraya mencium tangannya. Raut wajahnya tampak berseri-seri, senyuman lebar dimukanya membuatku terkesan akan ketabahannya dalam menyembunyikan masalah, seperti obat pelipur lara.  
Menyadarkanku betapa penting apresiasi dan arti sebuah salam penghormatan kepada orang yang telah berjasa, dengan perbuatan kecil dari murid-muridnya datang kebahagiaan yang memiliki efek yang sangat besar unuk dirinya, paling tidak untuk bisa sedikit tersenyum dibalik hempitan masalah-masalah, mengeluarkan hormon bahagia dalam tubuhnya yang compang camping. Masih ada anak-anak yang masih memiliki pribadi yang baik, pikirnya sambil tersenyum-senyum dan berjalan kebawah tangga dan masih juga ia tersenyum.

Menyadarkanku lagi, tidak ada perbuatan tulus yang akan sia-sia, perbuatan baik dan tulus akan dibalas dengan yang setimpal, bahkan lebih dari itu. Kupikir, sebenarnya ia tidak gagal, apa yang dipikir kadang tidak sesuai dengan apa yang terjadi, terdapat banyak hikmah dalam setiap kejadian. Apa yang kau tanam, kau yang memetiknya kelak, seperti apa kata pepatah.



Salam Maria adalah Doa yang hebat: Sebuah kisah
By Cornelius (Imam Katholik)

Anak laki-laki, protestan, berusia 6 tahun, sering mendengar temannya yang katolik mendoakan Salam Maria. Ia menyukainya sehingga ia menirunya, mengingatnya dan mendoakannya setiap hari. ‘Lihat ibu, ini doa yang indah’, ia berkata kepada ibunya suatu hari. ‘Jangan pernah mengucapkannya’, jawab ibunya. ‘Salam Maria adalah doa tahayul orang katolik yang menyembah berhala dan berpikir bahwa Maria adalah Dewi’. Bagaimanapun, ia adalah wanita seperti yang lain. Ambillah Kitab Suci ini dan bacalah. Kitab Suci mengandung segalanya tentang apa yang harus kita lakukan.

Sejak saat itu anak laki-laki itu tidak melanjutkan Salam Maria-nya setiap hari dan menghabiskan waktunya membaca kitab suci. Suatu hari, selagi ia membaca Injil, ia melihat kutipan tentang Kabar Gembira Malaikat kepada Bunda Kita. Dengan penuh suka cita, anak laki-laki itu berlari kepada ibunya dan berkata,”Ibu, aku telah menemukan Salam Maria di kitab suci yang berkata :’Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau diantara wanita’. Mengapa engkau menyebutnya doa tahayul?”.

Pada kesempatan lain ia menemukan pemberian hormat yang indah dari St. Elisabeth kepada Perawan Maria dan nyanyian pujian yang luar biasa. MAGNIFICENT dimana Maria diramalkan bahwa “para bangsa akan menyebutnya berbahagia”. Ia tidak mengucapkan apapun kepada ibunya namun mulai mendoakan Salam Maria setiap hari seperti sebelumnya. Ia merasakan kesenangan dalam menujukan kata-kata yang memikat itu kepada Ibu Yesus, Penyelamat kita.
Ketika ia berusia 14 tahun, suatu hari ia mendengar diskusi tentang Bunda Maria diantara anggota keluarganya. Setiap orang berkata bahwa Maria sama seperti wanita lainnya. Anak itu, setelah mendengar penalaran mereka yang keliru, tidak dapat bertahan lagi, dan dengan penuh amarah, ia berkata: ‘Maria tidak seperti anak Adam lainnya, ternoda dengan dosa. Tidak! Malaikat menyebutnya PENUH RAHMAT DAN TERBERKATI DIANTARA WANITA. Maria adalah Ibu Yesus Kristus dan konsekuensinya ia adalah Bunda Allah. Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dimana ciptaan bisa diangkat seperti itu.

Injil berkata bahwa para bangsa akan memproklamasikan ia sebagai yang berbahagia dan kamu mencoba merendahkannya. Semangatmu bukanlah semangat Injil atau Kitab Suci yang kamu katakan adalah fondasi agama Kristen’. Begitu dalam kesan ucapan anak itu sehingga membuat ibunya menangis dengan sedih: ‘Oh Allahku!’ Aku takut putraku ini suatu hari akan bergabung dengan agama katolik, agama para Paus!’ Dan memang, tidak lama setelahnya, setelah melakukan pembelajaran serius tentang protestanisme dan katolisisme, anak laki-laki itu menemukan bahwa Katolik adalah satu-satunya agama yang benar dan menganutnya dan menjadi satu dari rasulnya yang paling bersemangat.

Setelah pertobatannya dari protestan ke katolik, ia bertemu saudara perempuannya yang telah menikah, yang memakinya dan berkata dengan marah :’Kau tidak tahu betapa aku mencintai anak-anakku. Jika salah satu dari mereka ingin menjadi katolik, Aku akan menusuk hatinya dengan pisau dan mengijinkannya untuk menganut agama Paus!’ Kemarahan dan wataknya sehebat kemarahan St. Paulus sebelum pertobatannya. Namun, ia akan mengubah jalannya, seperti yang dilakukan St. Paulus di jalan menuju Damaskus.

Suatu ketika putranya menderita sakit parah dan dokter menyerah untuk menyembuhkannya. Saudara laki-lakinya kemudian mendekatinya dan berbicara kepadanya dengan penuh kasih sayang, berkata :”Saudariku terkasih, kamu berharap anakmu disembuhkan. Baik, maka lakukanlah apa yang kuminta. Ikuti aku, mari kita berdoa satu kali Salam Maria dan berjanjilah pada Allah bahwa, jika putramu sembuh, kamu akan secara serius mempelajar doktrin katolik, dan kesimpulanmu haruslah bahwa katolisisme adalah satu-satunya agama yang benar, kamu akan menganutnya tidak peduli apapun pengorbanannya”

Saudarinya agak enggan pada awalnya tapi ia berharap akan kesembuhan putranya. Ia menerima usul saudaranya dan mendoakan Salam Maria bersama dengannya. Hari berikutnya putranya sembuh total! Ibunya memenuhi janjinya dan mempelajari doktrin katolik. Setelah persiapan panjang ia menerima sakramen baptis bersama keluarganya, berterima kasih pada saudaranya karena telah menjadi rasul baginya.

Kisah ini diceritakan selama khotbah yang diberikan oleh Rev. Romo Tuckwel. ‘Saudara-saudara, ia berkata,’Anak laki-laki yang menjadi katolik dan mentobatkan saudara perempuannya ke katolisisme mendedikasikan seluruh hidupnya kepada pelayanan Allah. Ia adalah imam yang sedang berbicara kepadamu sekarang!’

Kisah Abu Nawas dan Ucapan Salam
By Sonhaji







“Abu Nawas…”kata Baginda Harun Al-Rasyid.
“Daulat Paduka yang mulia” jawab Abu Nawas.
“Aku akan berterus terang kepadamu bahwa kali ini engkau aku panggil bukan tuk kupermainkan atau aku tertangkap.
“Tetapi aku benar-benar memerlukan bantuanmu” kata Baginda.

“Apakah gerangan yang bisa lakukan tuk paduka?” Tanya Abus Nawas.

“Ketahuilah bahwa beberapa hari ini yang lalu aku mendapat kunjungan dari negeri sahabat, kebetulan rajanya beragama Yahudi.
Raja itu adalah sahabat karibku hingga begitu berjumpa denganku, dia langsung mengucapkan salam secara Islam.
Aku tak menduga sama sekali.


Tanpa pikir panjang aku membalas salamnya sesuai dengan ajaran agama kita yaitu kalau mendapat salam dari orang yang tak beragama Islam hendaklah engaku menjawab dengan Wassamu’alaikum (kecelakaan bagi kamu). Tentu saja dia merasa tersinggung. Dia menanyakan mengapa aku tega membalas salamnya yang penuh doa keselamatan dengan jawaban yang mengandung kecelakaan.
Saat itu aku sungguh tak bisa berkata apa-apa selain diam. Pertemuanku dengan dia selanjutnya tak berjakaln sebagaimana semestinya. Aku berusaha menjelaskan bahwa aku hanya melaksanakan apa yang dianjurkan oleh ajaran Islam, akan tetapi dia tak bisa menerima penjelasanku.


Aku merasa bahwa pandanganya terhadap Islam tak semakin baik, tetapi sebaliknya. “Namun bila engkau mempunyai alasan lain yang bisa aku terima, kita akan tetap bersahabat”, begitu kata sahabat karibku itu.


“kalau hanya itu persoalannya, mungkin hamba bisa memberikan alasan yang dikehendaki Raja sahabat paduka yang mulia” kata Abu Nawas meyakinkan baginda.
Mendengan kesanggupan Abu Nawas, baginda amat riang dan Raja pun berulang-ulang menepuk pundak Baginda. Wajah Baginda yang semula gundah-gulana sekeika itu berbuah cerah.


“Cepat katakana wahai Abu Nawas, jangan biarkan aku menunggu” Kata Baginda tak sabar.
“Baginda yang mulia…memang sepantasnya kalau Raja Yahudi itu menghaturkan ucapa salam keselamatan dan kesejahteraan kepada baginda. Karean ajaran Islam memang menuju keselamatan dari siksa api neraka dan kesejahteraan menuju surga.


Bukankaj Islam mengajarkan tauhid yang berarti tak menykutukan Allah SWT, juga termasuk tak mengaggap Allah mempunyai anak. Nah, ajaran tauhid ini yang tak dimiliki oleh agama-agama lain termasuk agama yang dianut Raja Yahudi sahabat paduka itu.


Ajaran agama Yahudi mengaggap Uzair adalah anak Allah. Maha suci Allah dengan anggapan itu dan tak pantas Allah mempunyai anak. Sedangkan orang Islam membalas salan dengan ucapan Wassamualaikum (kecelakaan bagi kamu) bukan berarti mendoakan agar kamu celaka. Akan tetapi semata-mata karena ketulusan dan kejujuran Islam yang masih bersedia memperingatkan orang lain atas kecelakaan yang menimpa bila mereka tetap berpegang teguh pada keyakinan yang keliru.
Seketika itu juga kegundahan Baginda Raja Harun Al-Rayid sirna. Kali ini saking gembiranya, Baginda menawarkan agar Abu Nawas memlilih sendiri hadiah apa yang disukai. Namun Abu Nawas tak memilih apa-apa karena dia berkeyakinan bahwa tak selayaknya dia menerima upah dari ilmu agama yang disampaikan.

Referensi
Cornelius 2011, Sebuah kisah nyata: Salam Maria adalah doa yang hebat, viewed 12 September 2016.
Sonhaji, Cerita Lucu Abu Nawas dan ucapan salam, viewed 12 September 2016.
http://assonhaji.blogspot.co.id/2013/07/cerita-lucu-abu-nawas-30-ucapan-salam.html

No comments:

Post a Comment