Senyum didefinisikan sebagai gerakan tawa ekspresi yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit. Menurut Andrew Newberg senyum adalah simbol yang memiliki isi emosi positif yang paling tinggi. dan tentunya senyuman yang tulus dan ikhlas membawa kita kepada kebahagiaan yang sejati. berawal dari sebuah senyuman banyak kisah yang terjadi, mari kita simak kisah-kisah yang terjadi yang berawal dari senyuman dan memiliki efek yang sangat besar bagi diri dan juga lingkup sosial.
Gadis Bisu Penjual Bunga yang Baik Hati
Dongeng anak kali ini bermula dari sebuah kota yang
sangat terpencil di suatu kerajaan antah berantah. Kota kecil itu dihuni oleh
beberapa kepala keluarga yang sangat menghormati satu sama lainnya. Di sebuah
sudut kota, tampak seorang gadis penjual bunga sedang membereskan bunga-bunga
jualannya yang kelihatan sangat segar-segar dan mengeluarkan wangi harum di
pagi hari.
Banyak orang yang senang lewat toko bunga si gadis
itu. Si gadis hanya bisa senyum kepada orang yang lewat tokonya. Terkadang si
gadis memberikan bunga secara cuma-cuma kepada semua orang di pagi hari.
Ternyata gadis penunggu toko bunga tersebut adalah gadis bisu, dia hanya bisa melayani pelanggan yang datang dengan senyuman dan bahasa isyarat yang ia bisa berikan ketika sedang melayani pembeli.
Namun dengan demikian tidak ada pembeli yang mengeluh akan tetapi semakin banyak saja orang yang membeli bunga dari toko si gadis tersebut.
Berita tentang toko bunga yang dijaga oleh seorang gadis bisu, akhirnya sampai ke telinga pangeran dari kerajaan. Dia berniat untuk berkeliling melihat-lihat isi kota di pagi hari. Sesampai di depan toko bunga, sang pangeran tidak menemui gadis penjual bunga yang bisa tersebut. Pangeran pun segera bergegas menuju rumah si penjual bunga itu.
Ternyata di rumah si gadis bisu pun tidak ada, setelah bertanya kesana kemari akhirnya sang pangeran mengetahui keberadaan gadis bisu penjual bunga tersebut.
Ternyata si gadis bisu penjual bunga sedang menangis di sebuah pusara tua yang ternyata pusara itu adalah tempat peristirahatan kedua orang tuanya, oh sangat sedih sang pangeran melihat gadis itu, dia ternyata seorang yatim piatu yang tidak memiliki orang tua.
Sang pangeran tahu betapa pedih penderitaan yang dialami oleh si gadis namun ternyata dalam keseharian si gadis tidak memperlihatkan raut sedih dalam kegiatannya sehari-hari menjual bunga. Sang Pangeran tertegun dengan kedamaian hati sang gadis.
Betapa banyak orang-orang di negeri ini yang sudah
melupakan senyuman dalam menjalani hidup ini. Kebaikan hati dan keteguhan si
gadis akhirnya meluluhkan hati pangeran. Akhirnya sang pangeran melamar putri
kemudian dibawanya ke istana.
Pangeran Mendekat |
Si gadis pun tersenyum |
Si gadis dan pangeran mulai dekat |
Pangeranpun membantunya membawa bunga |
Pangeran jatuh cinta dan melamar si gadis |
Charlie Chaplin- City Lights
Kisah kelembutan Rasulullah saw yang meluluhkan hati Fadlalah bin Umair, seseorang yang sangat benci terhadapnya.
Fadlalah bin Umair memang sangat terlihat
jelas kebencian di raut wajahnya. Sebuah dendam yang mendalam dari sorot
matanya yang tajam. dia selalu membututi dan siap menyerang kapan pun. Dalam
pikirannya sudah direncanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad SAW. Desah
napasnya begitu membuncah.
Ia mengintai Nabi yang sedang bertawaf di
Baitullah Al-Haram. Perlahan ia mendekati Rasullullah, wajahnya tampak tak
tenang dengan sorot kebencian memancar dari matanya. Semakin dekat dengan
Rasulullah membuat jantungnya berdegup kencang. Nafsu ingin menghabisi itu pun
semakin mendorong jiwa Fadlalah bin Umair. Namun ketika keduanya sudah dekat,
Rasullullah SAW menyapa dengan ramah sekali.
“Bukankah engkau Fadlalah bin Umair?”
Mendengar suara lembut Rasullullah SAW membuat
amarah di dada Fadlalah turun. Sapaan ramah Baginda Nabi membuat Fadlalah bin
Umair berubah tiba-tiba.
“Benar, Ya Rasululullah,” jawab Fadlalah bin
Umair singkat dengan raut wajah bimbang.
“Apa yang engkau bicarakan dalam
hatimu?” Rasululullah SAW menyelidiki raut wajah bingung Fadlalah bin Umair.
“Tidak ada, aku sedang berdzikir mengingat
Allah SWT.” jawab Fadlalah mengelak dan juga gugup.
Mendengar kata-kata Fadlalah bin Umair Nabi
Muhammad SAW pun tersenyum, lalu bersabda :
“Beristigfarlah engkau kepada Allah SWT!”
Sambil Baginda Nabi menyentuh dada Fadlalah bin Umair. Seketika itu hati pemuda
yang ingin membunuh Nabi Muhammad SAW pun hilang sekejap. Fadlalah bin Umair
menjadi tenang hatinya dan pedang kebencian itu hilang bersama senyum ramah
Baginda Nabi Muhammad SAW.
Fadlalah bin Umair selalu mengingat peristiwa
yang membuatnya berubah. Yang akan selalu dikenang dalam sejarah hidupnya.
Sikap ramah Baginda Rasullullah SAW dan juga senyum yang membawa kedamaian di
hati Fadlalah. Hingga Fadlalah pun berkata:
“Demi Allah, tidaklah Baginda mengangkat
tangannya di dadaku, sehingga tidak ada satu pun makhluk Allah yang lebih aku
cintai darinya.”
Nabi dicintai oleh umatnya karena budi
pekertinya yang baik, keluhuran, sikap santun, selalu bersikap baik terhadap
orang-orang yang ingin mendzoliminya, dan senyum yang menentramkan. Akhlak
mulia Rasulullah SAW yang selalu membawa kedamaian.
“Senyumanmu pada wajah saudaramu adalah
sedekah bagimu.” (HR. Tirmidji)
Ancaman Raja Persia
Suatu ketika Abdullah ibn Hudzafah
pergi mengantarkan surat ajakan masuk Islam dari rasulullah kepada Kisra, raja
Persia. Singkat cerita, Kisra yang marah setelah setelah membaca surat dari
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam ingin menangkap Abdullah ibn Hudzafah
yang terlanjur pulang. Maka, Kisra menyuruh Badzan, wakilnya di Yaman, untuk
mengutus dua orang kuat dari Hijaz untuk membawa kembali Abdullah bin Hudzafah.
Dua utusan itu pergi menghadap Rasulullah SAW dan memberikan surat badzan kepada beliau. Mereka berkata, “Maharaja Kisra menulis surat kepada raja kami, Badzan, untuk menjemput kembali orang yang datang kepadanya beberapa hari yang lalu. Kami datang untuk menjemputnya. Jika engkau mengizinkan, Kisra mengucapkan terima kasih kepadamu dan membatalkan niatnya untuk menyerangmu. Jika engkau enggan mengizinkannya, maka dia sebagaimana engkau ketahui, kekuatannya akan memusnahkanmu dan kaummu”.
Jelas ini adalah ancaman yang serius, namun Rasulullah SAW tersenyum dan berkata kepada utusan itu, “Sekarang pulanglah kalian berdua dan kembalilah lagi esok”.
Keesokan harinya, utusan itu kembali menemui Rasulullah SAW dan berkata, “Apakah engkau telah mempersiapkan apa yang akan kami bawa menemui Kisra?”. Nabi berkata, “Kalian berdua tidak akan menemui Kisra setelah hari ini. Allah akan membunuhnya. Pada malam ini, bulan ini, anaknya, Syirawaih akan membunuhnya”.
Mereka menatap tajam wajah Rasulullah SAW. Mereka terlihat sangat geram dan berkata,”Kau sadar apa yang telah kau ucapkan? Kami akan mengadukanmu kepada Badzan”.
Rasulullah SAW menjawab, “Silahkan!
Katakan kepadanya, ‘Agamaku akan sampai dan tersebar di kerajaan Kisra. Dan
kamu, jika engkau masuk Islam, aku akan menjadikan raja bagi kaummu‘”.
Kedua utusan itu pergi dari hadapan Rasulullah SAW. Mereka langsung menemui Badzan dan menceritakan apa yang telah terjadi. Badzan berkata, “Jika benar apa yang kalian katakan, berarti dia benar adalah seorang nabi. Jika tidak, kita lihat apa yang akan terjadi”.
Tak lama terbuktilah kebenaran
Rasulullah SAW. Syirawaih membunuh Kisra. Mendengar hal itu, Badzan pun masuk
Islam, demikian juga orang-orang Furs dan Yam
Sebuah
kisah dari warga Indonesia di Jerman.
Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja
menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah
Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan
setiap orang memilikinya.
Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi keluar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.
Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.
Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri di belakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.
Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.
Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke arah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' di tempat itu.
Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.
Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu
menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah
"penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa
ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami
bertiga tiba2 saja sudah sampai di depan counter.
Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan di restoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu).. Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.
Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat
saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka
mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir
semuanya sedang mengamati mereka...
Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.
Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu
menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya
tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (di luar pesanan saya) dalam
nampan terpisah.
Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya.. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."
Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil
menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini
untuk kalian,Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke
telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."
Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa
menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin
sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.
Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-anaku!"
Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.
Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami. Salah satu di antaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."
Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat ke arah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikan tangannya ke arah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.
Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini di tangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.
Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian
dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun
mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi
sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan
ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut
melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi
yang duduk di deretan belakang di dekat saya di antaranya datang memeluk saya
untuk mengungkapkan perasaan harunya.
Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis di akhir paper saya. "Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."
Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."
Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!
Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang-orang terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!
Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.
Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.
Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri
Referensi
Ancaman Raja Persia, viewed 12 September 2016.
http://cara-muhammad.com/kisah/ancaman-raja-persia/
Gadis bisu penjual bunga yang baik hati, Dongeng Anak Indonesia, viewed 12 September 2016.
http://www.dongenganakindonesia1.com/2013/01/dongeng-anak-indonesia-gadis-bisu.html
Kekuatan sebuah senyuman, viewed 12 September 2016.
http://titusbercerita.blogspot.co.id/2009/09/kekuatan-sebuah-senyum.html
Kelembutan Rasulullah dapat meluluhkan hati yang benci, viewed 12 September 2016.
http://sobecan.blogspot.co.id/2015/06/kelembutan-rasulullah-dapat-meluluhkan.html
No comments:
Post a Comment