Pondok Ilmu Nusantara

Thursday 15 September 2016

Kisah-kisah dibalik sebuah sapaan



Bermulai dari sebuah sapaan banyak kesan yang terjadi, dan kesan-kesan tersebut berbuah cerita-cerita yang menginsprasi. Ini lah beberapa cerita tentang indah dan pengaruhnya sebuah sapaan.


Berawal dari sebuah sapaan
 by unknown

“Ga usah” jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus itu terus terang menghadirkan tanda tanya dalam hatiku “kenapa dia tidak mau menerima ongkos itu ?”. Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu memulai aksi yang baru, menghampiri gerobak pedagang air tebu. Bapak itu buru-buru menyodorkan segelas air tebu es kepadanya, padahal dia belum meminta. Rupanya si bapak sudah melihat kedatangannya dari jauh. Bukan hari ini saja, seakan-akan setiap hari selalu ada orang baik untuknya. Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam istirahat, seorang ibu yang biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok kelas kuliah memanggilnya. Dengan gembira dia kembali, “nih satu buat kamu” sambil membawa dua bungkus tahu isi, “dikasih si Ibu” lanjutnya sambil tersenyum kepada si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia. Belum lagi, minggu yang lalu dia sukses memindahkan sepiring sate dosen ke tangannya. Aku berusaha sekuat tenaga menyibak kekuatan yang dimilikinya. Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu berprestasi. Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya, aku mulai menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku. Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan. Anehnya, dia tidak pernah kehabisan bahan. Dari terminal sampai kampus, sang kenek seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol. Begitu juga wajah pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya. Aha ! aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya. Karena sifatnya yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas, tapi juga dari fakultas lainnya. Merekalah yang “dipaksa”nya untuk membeli dagangan si ibu. Masih dengan rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu memberi gratisan kepadanya “ga rugi tuh ?”. Sungguh terperanjat aku mendengar jawaban knek itu “Wah, ga sebanding mba dengan jajan yang selalu diberinya untukku”. Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu, karena aku sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang guru “Orang mendapatkan bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang diberikannya.”




Gadis Korek Api

By H.C Andersen



Malam Kedelapan


Mendung bergumpal-gumpal di langit dan Rembulan sama sekali tidak muncul. Aku sangat kesepian di kamarku yang sempit, memandang langit ke arah rembulan yang biasa menampakan dirinya. Pikiranku melayang pada sahabat yang acap kali bercerita dan memberikan gambaran kepadaku itu. Apa yang belum pernah dialaminya? Dia sudah pernah mengarungi banjir yang bergejolak dan memandangi bahtera, seperti saat ini dia memandangiku, menghibur dunia baru yang akan muncul. Ketika anak-anak Israel berdiri dan menangis di sungai Babilon, dia mengintip dengan sedig di sela-sela pohon willow tempat harpa mereka tergantung. Ketika Romeo naik ke atas balkon dan ciuman para kekasih melayang bagaikan malaikat naik dari bumi menuju langit, bulan bulat itu tersembunyi di balik pepohonan cemara yang gelap di udara uang jernih. Di melihat pahlawan St. Helena berdiri di atas batu dan memandang ke lautan luas tanpa batas, sementara ide-ide hebat bergolak di dadanya.


Ya, apa yang tak bisa diceritakan bulan kepada kita? Kehidupan di dunia ini adalah sebuah kisah baginya. Malam ini aku tidak melihatmu, sahabt-sahabatku! Dan aku tak bisa melukis tanpa kehadiranmu. Namun saat aku menerawang jauh ke langit, di sana muncullah cahaya bulan itu, tetapi sesaat kemudian menghilang karena awan hitam telah menggulungnya. Namun, kemunculannya adalah sebuah sapaan, sapaan ramah di malam hari, dari Rembulan untukku. 

Referensi

Andersen, H.C 2011, Gadis korek apa: dan dongeng-dongeng lainnya; Malam Kedelapan, viewed 15 September 2016
 https://books.google.co.id/books?id=leL0CwAAQBAJ&pg=PA201&lpg=PA201&dq=dongeng+dari+sebuah+sapaan&source=bl&ots=RtGOG_FkNh&sig=LFIqSbYSJXMkE2IiCb2_mSRVfP8&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiN88PCpY_PAhVBkpQKHZRNDpcQ6AEIJjAC#v=onepage&q=dongeng%20dari%20sebuah%20sapaan&f=false

Berawal Dari Sebuah Sapaan (Senyum, Salam, Sapa) 2014, viewed 12 September 2016.  



No comments:

Post a Comment